Tidak Apa-apa Menjadi Batu

Hidad Abdillah
2 min readFeb 10, 2021

--

gambar: reddit
sumber gambar rocky: reddit

“Dasar kau, batu!” menjadi kalimat yang sangat ofensif dan menyinggung, jika dikatakan dengan nada tinggi — apa lagi setengah berteriak — kepada orang di hadapanmu. Tapi, di sisi lain, ujaran itu juga bisa menjadi bahan tertawaan dalam riung obrolanmu bersama teman-teman, berujung haha-hihi di tengah malam.

Mengapa tidak untuk menjadi batu? Kita sangat bisa belajar banyak darinya. Menurutmu, mengapa tidak banyak orang yang sadar betapa pemikiran manusia itu seringnya mudah sekali dipengaruhi dan diombang-ambing oleh sekitaran yang “terlalu” mengguncang?

Mau berkelit bagaimanapun, semakin lama, hidup memang semakin menggerus, bro. Mau kamu bersembunyi di bunker yang serba aman dari bencana alam dan gangguan sekitar pun, masalah mah pasti bakal ada, ketinggalan charger misalnya. Lho?

Ya begitu deh intinya, hidup itu sifatnya “terus menempa”. Salah satu sikap terbaik ngigelan-nya ya menjadi batu. Kita mesti tahan terhadap terpa yang ringan, namun siap dibentuk bahkan ditumbuk untuk jadi bahan bangunan, untuk menjadi berguna.

Bukankah kita sering mengklaim bahwa cerita yang penuh lika-liku dan mempunyai plot-twist yang mindblowing adalah film yang bagus? Pertanyaannya: dalam hidupmu, di mana kamu menjadi karakter utama, mau “dibangun” seperti apa cerita kehidupanmu?

Kalau nggak kepikiran, saya ajak kamu nih: mending jadi batu.

Saya jadi teringat atlet jagoannya Patrick Star — yang setelah saya googling, ternyata namanya Rocky — yang memenangkan kejuaraan balap siput, padahal dia cuma batu. Kadang saya salut sama Patrick, sudut pandangnya sudah seperti Stoa, sudut pandang seseorang yang menganut paham stoisisme. Dia berhasil menjadi karakter utama di hidupnya sendiri, sudah ah, saya lanjut nonton Global TV.

--

--

Hidad Abdillah
Hidad Abdillah

Responses (1)